top of page
Search

Perencanaan Program Kerja di Kalimantan Timur

  • Writer: Prismardana A.
    Prismardana A.
  • Mar 12, 2020
  • 3 min read

Updated: Mar 12, 2020


sdg2030indonesia.org

Tujuan 2 & 3: Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan & memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia.


Masalah: Gizi buruk dan Stunting

  1. Balita dengan gizi buruk.

  2. Stunting pada anak-anak.

  3. Angka kematian ibu dan anak.

  4. Kerawanan pangan -> susah makan -> kelaparan


Data:


ree
katadata.co.id (diakses pada tanggal 3 Maret 2020)
  • Hasil pemantauan status gizi (PSG) di Kaltim, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Provinsi Kaltim, Hj Norbaiti Isran Noor, A.Md, SH menyatakan bahwa pada tahun 2015-2017 menunjukkan trend atau kecenderungan perbaikan status gizi pada balita:

  1. Pada tahun 2015 balita kurang gizi di Kaltim sebesar 19,1%, meningkat pada tahun 2016 menjadi 19,8% dan turun menjadi 19,3% tahun 2017.

  2. Untuk prevelensi balita kurus di Kaltim, pada tahun 2015 sebesar 11,9%, tahun 2016 menjadi 9,6% dan tahun 2017 tinggal 9,1%. Namun prevelensi balita pendek mengalami kenaikan, hasil PSG tahun 2015 menujukkan sebesar 26,6%, pada tahun 2017 naik menjadi 27,1%, dan tahun 2017 naik lagi ke angka 30,6%.


Program/Solusi:

Bekerja sama dengan walikota, kepala daerah, dan beberapa RS besar untuk mengadakan penyuluhan tentang gizi pada anak berusia < 5 tahun yang akan dibagi ke dalam beberapa program. Program penyuluhan yang akan dibawa berupa sebagai berikut.


1. SOSIALISASI STUNTING DAN GIZI BURUK.

Merupakan penyuluhan dalam bentuk seminar dan sosialisasi tentang kesehatan ibu dan anak. Kesehatan yang dimaksud berupa pola hidup sehat ibu yang akan berdampak baik ataupun buruk terhadap bayi dalam kandungan. Selain itu, penyuluhan tentang pentingnya pola asuh ibu dalam memberikan asupan pada anak usia hingga 1000 hari kehidupan.


Dalam program ini, hal-hal yang akan disampaikan berupa pentingnya asupan makanan dengan gizi seimbang yang sebaiknya dikonsumsi oleh ibu hamil maupun asupan bagi bayi yang telah lahir hingga 1000 hari kehidupan. Hal ini agar mengurangi dampak masalah gizi seperti gizi buruk dan stunting pada anak.


Stunting merupakan kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Kondisi ini disebabkan oleh banyak aspek, mulai dari aspek pendidikan hingga ekonomi. Beberapa penyebab kondisi stunting yakni oleh pengetahuan ibu yang kurang memadai, infeksi berulang atau kronis, sanitasi yang buruk, dan terbatasnya layanan kesehatan. Salah satu solusi untuk mengurangi dampak stunting adalah ibu tidak mengalami kekurangan darah. Untuk itu, pencegahan kekurangan darah pada ibu hamil yakni penambahan darah dengan konsumsi tablet penambah darah, sehingga pada program ini akan dilakukan pembagian tablet penambah darah gratis bagi ibu hamil.


2. COOKING CLASS UNTUK IBU.

Merupakan program dalam bentuk kelas memasak bagi para ibu hamil maupun ibu menyusui dalam persiapan MPASI bagi anak bayi. Selain itu, adanya penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif, yakni pemberian asupan gizi hanya ASI hingga bayi berusia 6 bulan. Pada program ini bertujuan untuk memberikan edukasi untuk para ibu tentang MPASI yang dimulai saat bayi berusia 6 bulan dan berbagai macam makanan bergizi yang cocok diberikan untuk MPASI pada bayi.


3. BABY CHECKING WEEK

Merupakan program berupa pemeriksaan rutin sebanyak 2-3 kali setiap bulan untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan bayi yang beresiko dan mengalami masalah gizi. Data perkembangan dan pertumbuhan bayi didapatkan dari pihak Posyandu atau RS terdekat.




ree
sdg2030indonesia.org

Tujuan 1 & 2: Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun dan mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan.


Masalah: kemiskinan yang berdampak pada kelaparan


Data:


ree
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur

Dikutip dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur:

  • Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada Maret 2019 sebanyak 219,92 ribu (5,94 persen). Pada September 2018 sebanyak 222,39 ribu (6,06 persen), berarti jumlah penduduk miskin secara absolut berkurang 2,47 ribu orang (turun 0,12 persen poin).

  • Selama September 2018 – Maret 2019, garis kemiskinan (GK) naik sebesar 1,83 persen, yaitu dari Rp.598.200,- per kapita per bulan pada September 2018 menjadi Rp.609.155,- per kapita per bulan pada Maret 2019.

  • Periode September 2018 – Maret 2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,764 pada keadaan September 2018 menjadi 0,910 pada keadaan Maret 2019. Indeks Keparahan Kemiskinan juga naik dari 0,148 menjadi 0,210 pada periode yang sama.

  • Pada Maret 2019, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk yang diukur oleh Gini Ratio tercatat sebesar 0,330. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2018 (0,342).

  • Pada Maret 2019, distribusi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah sebesar 20,24 persen. Artinya pengeluaran penduduk masih berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah.

  • Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan angka kemiskinan naik disebabkan kenaikan pendapatan tidak bisa mengejar kenaikan harga barang secara rata-rata.

Program/Solusi:

Pembuatan Kartu Sejahtera untuk masyarakat kurang mampu atau miskin yang terdata di BPS. Kartu ini dapat ditukar dengan sejumlah uang untuk tiap keluarga miskin di tiap bulannya. Subsidi uang dilakukan dengan menunjukkan Kartu Sejahtera tersebut.

Referensi:

 
 
 

Comments


Post: Blog2_Post

Subscribe Form

Thanks for submitting!

©2020 by Prismardana Aninditaningtyas. Proudly created with Wix.com

bottom of page